MALUKU SATU DARAH

Senin, 27 Desember 2010

tenpat bersejarah di negeri siri sori islam

Dusun Karapodi, Negeri Siri Sori Islam, memang terkenal dengan berbagai cerita lagenda tentang sejumlah peninggalan bersejarah oleh warga setempat.

Menurut penuturan salah seorang tetua adat Negeri Siri-Sori Islam, Hi. Ali Patty, dusun itu, dulunya menjadi tempat tinggal Moyang Sopaleu yang kini memiliki turunan bermarga Picalouhata di negeri itu. Cerita itu juga diperkuat dengan peninggalan berupa sumur tua berdiameter sekitar 60 centimeter. Sumur itu ditemukan setelah salah satu anak cucu dari marga Picalouhata bermimpi ada sumur di belakang rumahnya yang tertimbun dan harus digali kembali.

Mimpi itu kemudian diceritakan kepada salah satu temannya. Temannya tadi lalu mencoba menggalinya dengan mengunakan telapak kaki. Telapak kaki diputar-putar pada tanah yang bertekstur lumpur sesuai tempat yang dituju dalam mimpi, hingga muncul air dari lubang yang kemudian berbentuk sumur. Setalah dibersihkan, dari dinding bagian dalam sumur itu, tampak tersusun rapi bebatuan, sebagai penyangga tanah. Peninggalan moyang Sopaleu itu lalu direhab dengan menggunakan semen pada bagian luarnya oleh salah satu anak cucunya bernama Salim Picalouhata.

Letak sumur tua, dengan kuburan tua itu hanya sekitar 30 meter saja. Namun, belum bisa dikaitkan hubungan antara sumur tua tersebut dengan kuburan tua bernisan empat itu. Penemuan sumur tua itu, sama sekali tidak meninggalkan tanda-tanda khusus berupa tahun pembuatan, atau nama pembuatnya.

Konon, moyang Sopaleu merupakan generasi pertama penghuni Yama Elhau (kampung lama yang berada di puncak bukit Negeri Siri-Sori Islam). Saat itu juga telah ada moyang Lohilomanuputty (tuan tanah) yang kini beranakcucu marga Salatalohy. Suatu saat, moyang dari marga Salatalohy yang menetap di Elhau, turun ke lembah, karena mendengar suara ayam jantan berkokok.

Sesampainya di lembah, dia kemudian bertemu dengan moyang dari marga Picalouhata. Dari pertemuan itulah kemudian terjadi komunikasi seperti yang ditirukan Hi. Ali Patty : “ Sei lembe lia…..yale sei lembe lia…,” tanya Lohilomanuputty. Pertayaan itu kemudian dijawab oleh moyang Sopaleu “Yale tau otetewa, Yami Sopaleu wahe waile karapoli” jawab moyang Sopaleu. Komunikasi itu bisa diartikan : “Sipa yang ada disana” tanya Lohilomanuputy, kemudian dijawab “Saya orang yang baru kembali dari berlayar (Sopaleu) yang menetap di kali yang airnya mengalir mengelilingi daerah ini (Waelo karapori),” jawab moyang Sopaleu, saat itu. Dari komunikasi itulah kemudian terjadi percakapan lanjutan, moyang Salatalohy kemudian menyampaikan maksudnya, bahwa dia baru saja turun dari Elhau, untuk mencari tahu bunyi ayam jantan. Ayam yang dicari itu, ternyata ayam berwarna putih, yang kemudian diberikan moyang Sopaleu kepada moyang Salatalohy, yang akhirnya digelar dengan Lohylomanupty (pemilik ayam putih).

Pertemuan kedua moyang itu, kemudian dilanjutkan dengan ikrar untuk menetap dan membangun Negeri Elhau hingga datangnya generasi kedua yang dijuluki Analaturua (dua bersaudara) yang kini memiliki turunan bermarga Saimima dan Patty atau Pattisahusiwa.

Posting Terkait





Artikel Terkait:

Views

Tidak ada komentar:

Posting Komentar